LIGONEWS.ID, GORONTALO – Menjelang Pilkada Serentak 2024, fenomena menarik yang mulai muncul ke permukaan adalah kemunculan banyak calon yang digambarkan sebagai “politisi bahral.”
Istilah ini, yang mungkin terasa baru di telinga banyak orang, mengacu pada politisi yang tiba-tiba muncul ke permukaan politik tanpa latar belakang yang jelas atau komitmen yang terbukti dalam pelayanan publik.
Mereka seperti kapal yang berlabuh tanpa jangkar, bergerak ke mana arus dan angin membawa mereka, tanpa arah yang pasti.
Fenomena ini menjadi perhatian serius, terutama di tengah harapan masyarakat akan munculnya pemimpin yang visioner, berintegritas, dan benar-benar mengutamakan kepentingan rakyat.
Mengapa demikian? Karena politisi bahral biasanya muncul bukan dari proses politik yang matang, melainkan sebagai hasil dari kalkulasi pragmatis yang berorientasi pada kemenangan sesaat daripada dedikasi jangka panjang.
Siapa Sebenarnya Politisi Bahral?
Politisi bahral sering kali adalah figur yang mendadak menjadi kandidat dalam pilkada tanpa memiliki rekam jejak yang jelas di bidang politik atau pelayanan publik.
Mereka mungkin dikenal di luar dunia politik, seperti dari kalangan selebriti, pengusaha, atau tokoh masyarakat yang sebelumnya tidak pernah menunjukkan minat atau komitmen nyata dalam dunia pemerintahan.
Keberadaan mereka di panggung politik lebih banyak ditopang oleh popularitas pribadi atau dukungan finansial, bukan oleh visi dan misi yang kuat untuk kemajuan daerah yang ingin mereka pimpin.
Dalam konteks ini, muncul kekhawatiran bahwa politisi bahral lebih mengedepankan kepentingan pribadi atau kelompok tertentu ketimbang mengutamakan pelayanan kepada masyarakat.
Mereka kerap dianggap sebagai “produk instan” dari sistem politik yang lebih mementingkan elektabilitas jangka pendek dibandingkan pembangunan kapasitas kepemimpinan yang berkelanjutan.
Mengapa Fenomena Ini Mengkhawatirkan?
Kemunculan politisi bahral menjelang Pilkada Serentak 2024 menimbulkan kekhawatiran serius terkait masa depan pemerintahan daerah di Indonesia. Ada beberapa alasan mengapa fenomena ini patut diwaspadai:
- Politisi bahral sering kali tidak memiliki visi yang jelas dan komprehensif tentang bagaimana memajukan daerah yang mereka pimpin. Tanpa visi yang kuat, mereka cenderung terjebak dalam kebijakan populis yang hanya bertujuan untuk meningkatkan popularitas mereka, bukan untuk pembangunan jangka panjang.
- Karena tidak memiliki komitmen yang kuat terhadap pelayanan publik, politisi bahral lebih mudah dipengaruhi oleh kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Hal ini bisa menyebabkan penyalahgunaan kekuasaan dan potensi korupsi yang lebih besar.
- Tanpa rekam jejak yang jelas, masyarakat sulit untuk memegang politisi bahral bertanggung jawab atas janji-janji kampanye mereka. Akuntabilitas menjadi kabur, dan masyarakat kehilangan kendali atas pemimpin yang seharusnya mereka pilih untuk melayani.
Apa yang Harus Dilakukan?
Masyarakat perlu lebih kritis dalam memilih calon pemimpin, terutama dalam Pilkada Serentak 2024. Pilihan yang baik bukan hanya berdasarkan popularitas atau janji-janji manis, tetapi juga harus mempertimbangkan rekam jejak, komitmen, dan visi yang ditawarkan oleh para calon.
Partai politik juga memiliki tanggung jawab besar untuk tidak sekadar mengusung calon yang populer atau yang memiliki sumber daya besar, tetapi juga harus memastikan bahwa calon tersebut memiliki integritas, kompetensi, dan komitmen terhadap pelayanan publik yang sejati.
Selain itu, media dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) perlu berperan aktif dalam memberikan edukasi politik kepada masyarakat, serta mengawasi dan mengkritisi proses politik yang berlangsung agar fenomena politisi bahral tidak mendominasi kontestasi politik di Indonesia.
Politisi bahral mungkin mampu menarik perhatian dan meraih dukungan sementara, namun tanpa fondasi yang kuat, mereka berisiko menjadi pemimpin yang gagal dalam memberikan perubahan positif bagi masyarakat.
Menjelang Pilkada Serentak 2024, masyarakat harus lebih cermat dan berhati-hati dalam memilih pemimpin. Masa depan daerah, bahkan bangsa, sangat bergantung pada kualitas para pemimpin yang kita pilih.
Jangan sampai kita terjebak pada pilihan instan yang akhirnya hanya menambah panjang daftar masalah yang harus kita hadapi di masa depan.




















